Berikut ini kritik dan saran buku Negosiasi Itu Ada Ilmunya yang sudah dirangkum dari berbagai Blog Buku Fiksi & Non Fiksi. Buku Negosiasi Itu Ada Ilmunya karya M. Nuzul Ilyas adalah sebuah buku praktis yang membahas teknik, strategi, dan seni dalam melakukan negosiasi secara efektif, terutama di ranah bisnis dan komunikasi interpersonal. Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan komunikatif, menjadikannya cocok dibaca oleh berbagai kalangan, baik profesional, mahasiswa, hingga pelaku usaha. Meskipun buku ini menyajikan banyak nilai positif, tetap ada beberapa aspek yang bisa dikritisi serta diberi saran untuk perbaikan di masa mendatang.
Kritik
1. Keterbatasan Kedalaman Teori
Salah satu kritik utama terhadap buku ini adalah kurang dalamnya eksplorasi teori-teori negosiasi secara akademik. Buku ini lebih menekankan pada pendekatan praktis dan pengalaman pribadi penulis, yang tentu bermanfaat, namun minim pembahasan terhadap landasan teoretis yang lebih komprehensif. Misalnya, model-model negosiasi seperti principled negotiation dari Fisher & Ury hanya dibahas sekilas tanpa elaborasi mendalam.
Bagi pembaca yang menginginkan pemahaman negosiasi dari perspektif ilmiah atau akademis, buku ini mungkin terasa kurang memadai. Penambahan referensi dari jurnal atau tokoh-tokoh besar dalam bidang negosiasi bisa memperkaya isi buku dan menambah kredibilitasnya.
2. Kurangnya Studi Kasus Nyata
Buku ini sebenarnya cukup banyak membahas contoh-contoh dari pengalaman pribadi penulis, namun mayoritas bersifat naratif dan tidak selalu dilengkapi dengan data objektif atau analisis mendalam. Akan lebih menarik apabila buku ini menyajikan studi kasus nyata dari perusahaan besar, negosiasi internasional, atau konflik sosial yang bisa dipecahkan melalui pendekatan negosiasi. Ini akan memberikan pembaca wawasan yang lebih luas tentang aplikasi nyata konsep-konsep yang dijelaskan.
3. Gaya Bahasa yang Terlalu Santai
Walau gaya bahasa santai menjadi nilai jual tersendiri, dalam beberapa bagian justru terasa terlalu informal dan kurang profesional, terutama bagi pembaca dari kalangan korporat atau akademisi. Penggunaan bahasa gaul atau analogi sehari-hari memang membuat buku mudah dipahami, namun juga bisa mengurangi kesan serius dan akademis dari topik negosiasi itu sendiri.
4. Struktur Penulisan Kurang Sistematis
Struktur buku ini terasa kurang runtut di beberapa bagian. Transisi antar bab atau antar subbab terkadang tidak mengalir dengan mulus. Pembaca bisa merasa kebingungan karena beberapa poin muncul secara tiba-tiba tanpa pengantar atau penjelasan yang cukup. Akan lebih baik jika penulis menyusun kerangka pembahasan dengan alur yang lebih logis dan sistematis, seperti mulai dari teori dasar, strategi, taktik, hingga implementasi.
Saran
1. Menambahkan Referensi Akademik
Saran pertama adalah agar penulis mempertimbangkan untuk menyertakan referensi dari buku atau jurnal akademik yang relevan dengan topik negosiasi. Dengan begitu, pembaca bisa mendapatkan pemahaman yang lebih seimbang antara teori dan praktik. Referensi ini juga bisa menjadi bahan rujukan lanjutan bagi pembaca yang ingin memperdalam ilmunya.
2. Memperkaya Buku dengan Visualisasi
Buku ini akan lebih menarik jika dilengkapi dengan grafik, tabel, atau diagram alur yang mempermudah pembaca memahami konsep negosiasi. Visualisasi seperti negotiation flowchart, model BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement), atau win-win strategy matrix bisa memperjelas poin-poin yang disampaikan.
3. Penyusunan Bab Berdasarkan Level Pembaca
Akan lebih efektif jika struktur buku dibagi berdasarkan tingkat pengalaman pembaca, misalnya: pemula, menengah, dan mahir. Dengan pembagian seperti ini, buku bisa lebih terfokus dalam memberikan tips dan strategi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.
4. Penerapan Studi Kasus dari Dunia Nyata
Buku ini akan jauh lebih kuat jika disertai studi kasus nyata dari dunia bisnis, diplomasi, atau politik. Studi kasus yang konkret bisa membuat pembaca lebih mudah membayangkan aplikasi konsep negosiasi dalam kehidupan profesional maupun sehari-hari. Misalnya, negosiasi antara perusahaan besar dalam proses merger atau negosiasi damai antara dua pihak yang bertikai.
5. Pengembangan Edisi Lanjutan
Mengingat topik negosiasi sangat luas dan terus berkembang, akan sangat menarik jika penulis merencanakan edisi lanjutan atau seri lanjutan yang lebih spesifik. Misalnya, buku lanjutan yang fokus pada negosiasi di dunia politik, negosiasi lintas budaya, atau negosiasi berbasis teknologi dan digital.
Itulah kritik dan saran buku Negosiasi Itu Ada Ilmunya. Secara keseluruhan, Negosiasi Itu Ada Ilmunya adalah buku yang menarik, ringan, dan mudah dicerna. Ia cocok sebagai pengantar bagi siapa saja yang ingin mulai belajar tentang seni negosiasi. Namun, agar buku ini bisa menjangkau pembaca yang lebih luas dan menjadi referensi yang kuat dalam dunia pendidikan dan profesional, perlu dilakukan beberapa perbaikan dari sisi teoritis, struktural, dan penyajian. Dengan perbaikan tersebut, buku ini berpotensi menjadi salah satu buku negosiasi terbaik karya anak bangsa.